Rabu, 17 Oktober 2012

Photo Album from the set of Family Tree Kromodjayan





Kumpulan Album Trah/Keturunan Raden Mashudan




Assalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh, serta
Salam Sejahtera bagi kita semua
Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Allah SWT dari segenap keluarga besar Trah keturunan Kromodjayan Kanoman - Mojokerto, serta mewakli keluarga garis keturunan family sedarah lainnya, dengan tercapainya pengumpulan peninggalan album photo leluhur sebagai bentuk sikap / ungkapan cinta terhadap para leluhur yang tiada terputus oleh waktu / masa;
Penyusunan photo leluhur Raden Mashudan dan leluhur lainnya yang sedarah ini adalah bentuk gambaran riwayat hidup leluhur yang telah dapat diabadikan dalam potret, yang tidak ternilai harganya. Dengan harapan semua putera keturunannya senantiasa merawat, dan selalu mengenang agar dapat menjadi bahan visual penyampaian riwayat leluhur melalui photo; Makna album photo leluhur adalah menunjukkan citra budaya ataupun kerukunan seluruh Keluarga Tarah Keturunan Kromodjayan dan Keluarga sedarah yang lain. 
Ungkapan dokumen album photo ini perlu kita kaji bersama-sama untuk memahaminya dengan tujuan yang suci sebagai darma bhakti kita.
Pesan awal dari kami sebagai penyusun adalah mengharap adanya semangat dari para keluarga ataupun family sedarah, serta kerabat agar tetap dapat mempertahankan kelestarian album photo Trah Keturunan, jangan sampai terjadi hilangnya gambar nyata seuasana leluhur ataupun keluarga sedarah lainnya; Telah banyak keluarga anak cucu yang ingin mengetahui wajah dan segalanya tentang leluhur, sehingga menimbulkan rasa duka yang  dalam rochaninya.

Ungkapan tersebut diatas sinergi dengan :   . 
  • Wajah memberikan banyak sekali arti  
  • Melalui wajah, kenangan lama seakan tersentak dan menyiratkan sejuta rindu. 
  • Jika terbayang suasana masa lalu, menggugah hasrat memperoleh info dimasa kini
  • Ketika waktu semakin silam, silahkan menemukan persepsi ( pandangan ) pribadi
  •  Ketidak kekalan manusia adalah fenomena alam, Sebagai kodrat umat manusia 
  • Kerinduan masa lalu juga adalah wujud dari kodrat manusia, teriring doa dan syukur   
  • Melalui sederet album ini, kita dapat menelusuri perkembangan masing-masing insan sebagai satu "keluarga" yang telah terpisah atau dipisahkan secara paksa oleh kebutuhan hidup.Setiap keluarga mempunyai kisah unik yang berharga untuk diceritakan.
  • Kisah yang bisa menginspirasi banyak orang akan arti penting keluarga. Kita bisa berbagi kisah keluarga itu dengan menuliskannya menjadi cerita anak dan menceritakannya menjadi podcast cerita anak dengan mengikuti program
         Disamping hal diatas harapan penulis agar album photo  ini sebagai sarana untuk menjalin kembali hubungan kekeluargaan dalam garis keturunan secara keseluruhan.

Keluarga trah / keturunan Kromdjayan - Kanoman, dan family sedarah lainnya mengucap kan terima kasih kepada seluruh sahabat serta family yang telah menyumbangkan photo-photo keluarga untuk kelengkapan menyusun kembali silsilah Pohon Keluarga.


    Semua upaya pelestarian tersebut diatas dengan maksud untuk membangkitkan kembali rasa  hormat dan rasa cinta kepada leluhur, melalui pelestarian warisan pustaka, kisah, dan photo. 
Penulisan ini adalah bertujuan satu yaitu untuk mempererat kekeluargaan Family sedarah memperjelas asal usul dari leluhur dengan harapan tidak terjadi kesalahan, serta sebagai kkelengkapan dalam hidup bermasyarakat  terlepas adanya muatan-muatan ataupun maksud diskriminasidari niat / berpikir negatif / pengelompokan / perbedaan agama dan sebagainya.
 

 Photo Raden Mashudan, dengan isteri raden Ayu Katarinah dalam hari perkawinan


 Photo Raden Mashudan, dengan isteri Raden Ayu Katarinah dalam cetakan photo di batu marmer, yang dibuat  untuk dibagikan kepada putra-putrinya (6)



  Photo Raden Mashudan, dalam busana kerja harian dalam jabatan beliau sebagai Adipati Mojokerto, didampingi isteri Raden Ayu Katarinah



 Photo Raden Mashudan, dalam busana kerja harian, didampingi isteri Raden Ayu Katarinah 




 Photo Raden Mashudan, dalam busana dinas, dalam hari-hari kerja



 Photo Raden Mashudan, dalam busana kebesaran seorang Adipati, dipakai dikala menghadiri undanagan / upacara kebesaran ( di ruang lingkup Gouvernuer Generaal ), saat itu telah memakai nama gelar Raden Adipati Arya kromodjoyo Adinegoro, III



 Photo Raden Mashudan bersama kelkuarga




dimulai di Surabaya, 18 Oktober 2012 oleh : HR Widodo AS










Jumat, 12 Oktober 2012

SERAT SARA SILAH TRAH KROMODJAYAN - KANOMAN, MOJOKERTO



SILSILAH TRAH KROMODJAYAN KANOMAN




Assalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh, serta Salam Sejahtera bagi kita semua




Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Allah SWT dari segenap keluarga besar Trah keturunan Kromodjayan / Kasepuhan - Kanoman (Surabaya - Mojokerto) serta mewakli keluarga garis keturunan family sedarah lainnya, dengan tercapainya penyusunan serat sara-silah teriring doa dan penyampaian rasa hormat sebagai bentuk sikap / ungkapan cinta terhadap para leluhur yang tiada terputus oleh waktu / masa;
Penyusunan serat sara-silah ini adalah bentuk gambaran riwayat hidup leluhur yang telah dapat diabadikan dalam tulisan ataupun potret, yang tidak ternilai harganya. Dengan harapan semua putera keturunannya senantiasa manauladani sikap teguh hati, berbudi luhur, dan selalu mengolah ilmu agar dapat menjadi orang yang pandai, tanpa meninggalkan peningkatan iman dan taqwa sebagai derajat mahluk cipataan Allah SWT, dengan menjalankan tuntunan agama secara sunguh-sungguh /benar, serta menjauh larangan-larangan-NYA; Makna suatu riwayat yang terkandung didalamnya tidak lain sebagai wasiat bersifat petunjuk isyarat bagi keturunannya. Dalam bentuk wejangan atau warisan berupa benda peninggalan sebagai hasil karya leluhur; Yang kesemuanya wajib  dijadikan pelita hidup dalam tatanan kekeluargaan sebagai Trah keturunan.
Ungkapan kata ini perlu kita kaji bersama-sama untuk memahaminya dengan tujuan yang suci sebagai darma bhakti kita.

Ungkapan tersebut diatas sinergi dengan :
Dalam penyusunan pohon keluarga atau Silsilah, jenjang keturunan diberikan suatu tanda sesuai urutan level generasi, atau disebut indek generasi, sebagai identifikasi individu pada suatu Trah-Keturunan ataupun status hubungan keluarga sedarah serta posisi didalam kekerabatan suatu Trah. Dengan menggunakan pengenal tanda level generasi, adalah merupakan bentuk peradaban manusia yang dimuliakan oleh ALLAH SWT. Hal ini menyangkut petunjuk Yang Sang Pencipta Alam Semesta dalam mengatur kehidupan mahluk manusia, adalah sebagai berikut :
  • Mengatur / menyelamatkan hubungan suatu keluarga sedarah baik vertikal maupun horizontal, 
  • Memberikan penuntun dalam pencerahan dan penelitian asal-usul dari seseorang sebagai bagian pengujian kebenaran dalam suatu Trah ( keluarga sedarah Trah dimaksud )
  • Dari perkembangan generasi ke generasi, memastikan tidak adanya pelanggaran kaidah ALLAH SWT., sebagai mana dijelaskan dalam kitab suci Al-Quran, bagi penganut Agama Islam yaitu pada : 
Surat ke 36 Yasin 
  • ayat 36 : Mahasuci Allah yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui
 Surat ke 49 Al-Hujurat

  • ayat 11 : Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.

  • ayat 13 : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Surat ke 4 An Nisaa

  • ayat 1 : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

  • ayat 23 Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,

  • ayat 24 dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
     Sedangkan pratijau dari ILmu Pengetahuan Kedokteran yang dijelaskan dalam: Dasar-dasar Genetika Biokemis Manusia ( Prof Dr,M.Ismadi –Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta (Larangan Perkawinan Sedarah / INCEST dalam Biologi ); serta Hukum dan Budaya. Menyebabkan memperoleh genetika cacat phisik / psychal / kelainan terhadap keturunannya akibat hubungan perkawinan yang masih sedarah / sedarah dekat.


  • Untuk kaidah yang bersifat adat-istiadat adalah sederhana sekali yaitu menjalankan sebaik mungkin perilaku sesuai ketentuan adat, menjaga kejujuran, setia, dan hormat, menjauhkan dari tindakan tercela (“ma-lima” ), yang semuanya dapat berakibat buruk bagi nama baik Keluarga / Trah keturunan. 


Keluarga trah / keturunan Kromodjayan Kasepuhan - Kanoman, dan family sedarah lainnya mengucapkan terima kasih kepada family yang telah menyumbangkan tenaga, pikiran dan harta untuk berupaya menyusun kembali silsilah Pohon Keluarga ( sesuai dengan perkembangan keluarga masing-masing), dengan cara pengumpulan data /catatan  peristiwa, dan acara kungunjungan / beranjangsana, sampai dengan acara ziarah kubur.
Awal penyusunan serat sara-silah, ditulis leluhur sejak tanggal 01 Maulud, Jinawal 1853, Suryo kaping 23 November 1922, oleh Raden Mashudan, nama gelar jumeneng Bupati: Raden Adipati Arya Kromodjoyo Adinegoro III, Bupati Raider Mojokerto tahun 1894-1915, beliau juga pemangku jabatan “Ere Conservator” dari peninggalan kepurbakalaan Kerajaan Mojopahit; Semenjak 14 Februari 1929 terselesaikannya penyusunan serat sara-silah, kemudian dilanjutkan oleh putera nomor 3 dari 10 putera puterinya, yang bernama Raden Bagus Yasin, jumeneng Ass Wedana nama gelar: Raden Ngabei Kromodjoyo Adirono, di kawedanan Ngebel – Kabupaten Ponorogo, pada tahun 1910 – 1940,
Namun demikian perkembangan penyusunan serat sara-silah tidak dapat sempurna jika terdapat kelemahan dalam menghimpun data, antara lain adalah:
·         Tidak adanya tindakan koreksi (mengingat jaman dahulu alat komunikasi, ataupun sarana transportasi sangatlah sulit), antara lain adalah:
o   Apabila pembuatan serat sara-silah dilakuan perorangan tanpa panduan sumber pustaka yang mendukung s/d. adanya perubahan (pembetulan atau penambahan) maka sangatlah rentan terhadap resiko kesalahan, dibandingkan jika disusun dalam kelompok penyusun ( provesi, keluarga, atau family sedarah ) yang akan lebih menjamin akurasi data;
o    Serat sara-silah diperlakukan sebagai benda warisan keluarga yang paling akurat dan diperlakukan menurut rasa subjectivitasnya diri-sendiri, ini akan mengganggu kemurnian (authentisiteit) suatu penulisan serat sara-silah.
o   Kelemahan bagi setiap pemegang serat sara-silah mempunyai sifat “segan” adalah tidak suka memperilhatkan kepada orang lain, apalagi  meminjamkan untuk diperbanyak. Seolah olah dengan menyimpan dan merawat serat sara-silah secara rapi adalah jaminan akurasi data, tanpa memperdulikan didalamnya terselip kekeliruan, kesalahan dan kekurangan.
o   Serat sara-silah yang disusun dengan melakukan sebatas tukar informasi tidak tertulis; ataupun tidak menelaah kebenaran / akurasi data dari sumbernya.
·      
      Penyusunan serat sara-silah sangat dipengaruhi permasalahan individu dalam keluarga yang tidak di-inginkan diketahui orang lain, ataupun karena status didalam masyrakat. Hal tersebut dikelak kemudian hari apabila diperlukan data riwayat keluarga, untuk keperluan hukum perdata / administrasi kependudukan, dan untuk keperkluan ilmiah ataupun keagamaan, dlsb. tentunya akan mengalami kesulitan dan beresiko buruk.
·         Adanya pemahaman individu terhadap serat sara-silah / Silsilah, yang dibuat menganut sesuatu adat istiadat / budaya; Misalkan yang menganut garis pancer laki, dan ada yang menganut garis pancer perempuan. Hal ini cenderung membentuk sikap memilah milah dalam menyusun serat sara-silah berdasar Pancer yang disenangi/ dibanggakan. Berakibat akurasi data tidak lengkap atau tersembunyikan.
Kesempurnaan menyusun serat sara-silah dipengaruhi perolehan panduan data dari        sumber pustaka baik secara langsung ataupun tidak langsung (media, buku, catatan pribadi, sampai dengan tulisan batu prasasti, nisan). Diantaranya sumber data penyusunan serat sara-silah Trah Kromodjayan, mengacu kepada pustaka buku sbb. :
  • Buku “Pararaton” tahun 1535 Saka / 03 Agustus 1613 Masehi, terjemahan dari bahasa kawi kuno kedalam bahasa Indonesia oleh Ki J.Padmapuspita seorang Sarjanan Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta;   
  •  Buku “Menuju Puncak Kemegahan Sejarah Mojopahit” oleh Prof.Slamet Mulyono, penerbit Balai Pustaka Th 1965; 
  •  Buku “Negara Kertagama”, oleh Prof.Moh.Yamin; 
  •  Buku “Fruen Mess” oleh Dr.J.Brandes, sebanyak 332 halaman; 
  •  Buku “Sejarah Sumenep Madura” oleh Prof.N.J.Krom & R.A.Kern Korn diterbitkan oleh percetakan Java. 
  •  Buku sejarah “Java” bab Aude geschiedenis “ oleh Prof. P.J. Veth, cetakan 1896; sebagai sumber riwayat raja pertama  Kerajaan Majapahit;
  •  Buku sejarah “Sekitar Wali Songo” oleh Solichin, tahun 1962 cetakan ke 2. Membahas adanya selisih pendapat tentang asal-usul R.Rachmad dengan tulisan Raffles: ... diantaranya masalah ... bahwa Cempo (ditulis Champa) bukan di Kamboja (Siam) letaknya, melainkan di Aceh;
  •  Buku “Uittreksel van derr ouden stambom met bijvoeging Voret van Mojopahit” oleh Raden Adipati Arya Kromodjoyo Adinegoro III, Bupati Raider Mojokerto, Menulis bahwa Raja terakhir Mojopahit adalah Bhre Pandasalas, sesuai dengan didalam buku Pararaton th 1400 Saka atau 1478 Masehi. Diperjelas dengan sumber pustakan buku “Jonge”; 
  •  Stamboom ( pohon keluarga ) dalam bentuk lukisan yang memuat Noto ing Mojopahit kaping ... sampai ingkang wekasan (terakhir), oleh alm. Raden Roesman, Kepala Dinas pekerjaan Umum Propinsi Jawa  Timur. Dan meriwayatkan Raden Joko Ismail jejuluk Kyai Mas Ngabei Kromowidjojo, sebagai Patih Kanoman Surabaya; 
  •  Buku yang menelaah “Kyai Tumenggung Sumoyudo, abdi sentono Kasunanan Surakarta (baca Kartosuro) berperang dengan Trunodjoyo dari Madura”, oleh Raden Tumenggung Ario Zainal Fattah Notokusumo, Bupati Pamekasan yang didalamnya  terdapaty kisah Kyai Dermoyudo; 
  •  Buku“ Sejarah Suroboyo”, ditulis oleh Raden Tumenggung Arya Notoadikusumo, saat itu berkedudukan di jalan Dieng No:7, Surabaya.  Sebagai Ketua Perkumpulan K.5 (Trah Kasepuhan-Kanoman Kromodjayan; Trah Raden Adipati Nitiadiningrat – Pasuruan; Trah Raden Adipati Notodiningrat, Bangil-Malang; Trah Bustaman – Semarang; Trah Kyai Pusponegoro – Gresik kuno; Trah Sambongan – Surabaya; Keturunan dinasti HAN – Lasem;
·                Generasi penerus penulis Silsilah ditulis oleh: Raden Ayu Roesmini Achmad Soesandi di  Surakarta, yang kemudian diwariskan kepada penyusun yaitu saya Haji R Widodo AS. Serat sara-silah yang dibuat ini berdasarkan beberapa literatur dan Serat Keterangan, seperti halnya pada Sutrat Keterangan yang diterbitkan oleh Pengageng ing Kusumowandowo Kasunanan Surakarta Hadiningrat No: 063/Pa.Ka.N /2008 R., tanggal 19 Mei 2008, menegaskan kembali dan meningatkan tentang adanya falsafah : "Mikul Duwur Mendem Jero", serat sebagai prasasti bagi anak cucu kelak dikemudian hari agar faham terhadap para leluhur (cikal bakal keluarga), memeruskan sikap juang dijalan yang benar, tanpa pamrih yang dapat merusak hubungan tali persaudaraan, dan diharapkan menjadi pelita hidup keluarga dari dalam lubuk hati yang suci .... "Semoga Allah SWT memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya ... amin amin amin" .....
,
Upaya penyusunan kembali sesuai pertumbuhan keluarga, serta perkembangan kemajuan tehnologi media adalah menggunakan progam Komputer misalnya:  
  • Pembuatan hard copy diagram silsilah dengan program Microsoft Visio 2011 
  • Menerbitkan cerita riwayat leluhur, memakai vasilitas website Blogspot 
  •  Menyusun silsilah melalui fasilitas website
·         http://id.rodovid.org/wk/; silsilah memuat data base otobiografi
·         http://www.geni.com/family-tree; silsilah dengan fasilitas informasi, komunikasi, antara Saudara, family dlsb.)
·         http://multiply.com/ ( menyimpan photo leluhur dsb.)

Penulisan silsilah keluarga atau genealogy diagram / pohon keluarga Kromodjayan ini menggunkan metode yang dibakukan /diatur dalam pakem budaya Jawa yang diatur oleh Kasunanan Surakarta, dikenal dengan sebutan "Trah". Dalam penulisan silsilah di buat rentang / jenjang sampai ke 10 (sepuluh) level / graad); dan ini tertulis dalam suatu buku disebut "Serat Piagem Sentana" (gebookteakte) ngrewat sala-silahing ing Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Paku Buwana), yaitu dimulai dari :
  • Pancer = Trah adalah nama nenek moyang/leluhur yang dijadikan pedoman cikal bakal
  • Level/urutan   1 = Anak / putera
  • Level/urutan   2 = Cucu
  • Level/urutan   3 = Buyut
  • Level/urutan   4 = Canggah
  • Level/urutan   5 = Wareng
  • Level/urutan   6 = Udeg-udeg
  • Level/urutan   7 = Gantung Siwur
  • Level/urutan   8 = Gropak senthe
  • Level/urutan   9 = Debog bosok
  • Level/urutan 10 = Galih Asem.
Urutan penulisan dimulai dari Pancer, misal yang dianut pancer laki-laki (patrinial), yang kemudian sampai rentang keturunan kesepuluh (Galih Asem), dan yang kemudian akan menjadi “Pancer” Trah/Keturunan berikutnya

Kesemuanya dengan maksud dan tujuan memudahkan dan memperjelas data serat sara-silah, memudahkan koreksi (meneliti kebenaran trah keturunan, posisi jenjang keluarga yang sebenarnya). Untuk mencapai penyusunan silsilah disertai penelitian kembali data keluarga ( wawancara, dan anjang sana ). Serta memohon petolongan para keluarga, serta menerima sumbag saran, data lewat media komunikasi.
VISI & MISI Keluarga Besar Trah Kromodjayan Kesepuhan-Kanoman, adalah :
  • Visi :
Seluruh Keluarga Besar Trah Kromodjayan Kanoman / Kasepuhan bertekad membangkitkan kembali rasa hormat dharma bakti sebagai kecintaan kepada leluhur disetiap generasi penerus, dengan dilandasi setiap family untuk beribadah sesuai agama / kayakinan kepercayaan masing-masing untuk menjahui larangan-larangan-NYA, dengan membangun sikap saling menghormat, saling membangun kerukunan dan keakraban keluarga dengan harapan tercapainya kesejahteraan, ketentraman Trah Kromodjayan Kanoman / Kasepuhan secara lahir dan bathin.
  • Misi :
Keluarga Besar Trah Kromodjayan - Kanoman - Kasepuhan berupaya mencapai Visi, dengan bertindak didalam sepanjang hidup adalah :
1)      Secara berkala berupaya melakukan silaturochim / beranjang sana dalam segala acara, serta melakukan ziarah - berdoa kepusara leluhur secara bersama-sama;
2)      Menyusun/menjaga data silsilah agar mampu melestarikan riwayat Trah sesuai perkembangan keluarga, dengan harapan dapat memberi kemudahan family menelaah ataupun memberikan pencerahan tentang keluraga sedarah dan pancer leluhur.
3)      Menjaga hubungan kekeluargaan dan warisan peninggalan sifat Budi Luhur, dan sikap ke Arif bijaksanaan para leluhur  dengan cara :
·         membentuk ikatan keluarga secara formal,
·         memperkuat persaudaraan dengan bersikap menjauhkan  diri dari perbuatan tercela dan menjunjung tinggi nilai nilai kehormatan keluarga.

Pohon Keluarga ( Family Tree ) 
Trah Kromodjayan Kanoman
  Awal dari serat sara-silah Trah Kromodjayan Kanoman dimulai dari pohon keluarga kerajaan Mojopahit yaitu dari putera Sang Prabu Brawijaya (Raja Hindu terakhir) Bhre Pandansalas Th,1466-1478 masehi. Berdasarkan “Serat Darah” bahwa Sang Prabu adalah puteran ke 11 dari 117 putera-puteri bernama Raden Jaka Sudjanma, jumeneng Adipati dengan nama gelar Pangeran Adipati Surolegowo menjabat di Kadipaten Blambangan (sekarang Banyuwangi), mijil / lahir dari ibu Pangrembe. Didalam sejarah R.Jaka Sudjanma dikenal dengan nama Panembahan Bromo atau Lembu Niroto. Sebagai pancer Trah Brawijaya.


  Menurunkan  Arya Simbar (Adipati Blambangan),  menurunkan Arya Puger, menurunkan Menak Sumende, menurunkan Menak Gedru, menurunkan Menak Werdati, menuurunkan Menak Lapat, menurunkan Menak Lumpat, menurunkan Menak Koncar, menurunkan Arya Panji Malang / Ki Ageng Gribig, menurunkan Arya Pamucang, dan menurunkan Trah Dermoyudo yaitu: Dermoyudo I, Dermoyudo II, Dermoyudo III, Dermoyudo IV, menurunkan Mas Pekik nama gelar Kromowijoyo ( Dermoyudo V), menurunkan Raden Bagus Glundung nama gelar Raden Tumenggung Kromodjoyodirono ( Bupati Goverment Surabaya pertama Th.1819-1825), menurunkan Raden Tumenggung Kromodjoyo Adinegoro, nama semasa kecil Raden Anom, menurunkan Raden Aersadan, jumeneng Bupati Mojokerto, nama gelar Raden Adipati Arya Kromodjoyo Adinegoro II, dan sampai dengan menurunkan eyang buyut Raden Mashudan, dst. ( lihat dalam diagram silsilah).


Riwayat terbentuknya Trah Kromodjayan Kanoman, dimulai dengan sejarah Kabupaten Surabaya, disaat itu yang pemangku jabatan Bupati adalah Adipati Djangrono II, dengan wilayah kekuasaan meliputi 20 (dua puluh) Tumenggung, sebagian Jawa Timur, dan Madura bagian Barat; Adipati Djangrono II wafat karena diperdayakan VOC – Kompeni Belanda, di Kartosuro karena diketahui membantu perjuangan Untung Suropati yaitu Raja di Pasuruan yang bersikap memberontak terhadap VOC – Kompeni Belanda.
Sepeninggalan beliau wilayah Kabupaten Surabaya, wilayah kekuasaannya diperkecil dengan membagi menjadi dua wilayah Kadipaten, yaitu :

  • Kadipaten Kasepuhan Surabaya, dipimpin oleh Kyai Tumenggung Arya Djoyopuspito, putera Djangrono I ( yang memberontak terhadap VOC – Kompeni Belanda, dibuang ke Kamp de Goule Hoop – Afrika selatan (de jonge deel VIII), Dan keturunannya sampai dengan Kyai Tumenggung Tjondronegoro, bin Kyai Onggodjoyo, Bupati di Pasuruan Th.1678-1686. 
  •  Kadipaten Kanoman Surabaya, dipimpin Raden Tumenggung Djangrono III ( Raden Ngabei Wiryodirdjo ). Menurunkan Kyai Tumenggung Djoyodirono I, Bupati Kanoman Surabaya Th.1752-1769. Mempunyai puteri bernama Nyai Ajeng Tjetjek yang menikah dalam kedudukan isteri pertama dengan Raden Tumenggung Kromowidjoyo (Dermoyudo V). Dan setelah wafat dimakamkan di Pasarean Bibis Surabaya yang terletak di Jalan St.Kota no 46, belakang Masjid Nurul Ichsan / sebelah barat Stasiun KA Semut. Sedangkan Nyai Ajeng Tjetjek sesuai wasiatnya dimakamkan di Pesarean Boto Putih-Surabaya. Dari pernikahan ini menurunkan putera- puteri sebanyak 17 (tujuh belas) anak.
  Dari riwayat diatas kita telah mengenal identitas “ Kanoman “, dari :
o   Wilayah kekuasaan Adipati Surabaya (leluhur) meliputi Kabupaten Kanoman Surabaya.
o   Nama identitas peristirahatan terakhir diberi nama Makam Bibis Kromodjayan Kanoman.
  Terlahirlah nama keturunan sedarah yang dikenal dengan sebutan “Trah Kromodjayan Kanoman”; Di kota Mojokerto Raden Aersadan, jumeneng Adipati nama gelar Raden Adipati Arya Kromodjoyo Adinegoro II, membangun area pemakaman umum dan makam keluarga diberi nama dan ditulis dalam prasasti Pesarean Sentono Asri”, terletak di desa Losari, kalurahan Terusan, Kabupaten Mojokerto. Namun dari perjalanan sejarah masyarakat menyebutnya “Pesarean Kromodjayan Kanoman”.
  Sedangkan dari pernikahan yang kedua Raden Tumenggung Kromowidjoyo (Dermoyudo V) dengan putri yang tidak disebut namanya, memperoleh keturunan sebanyak 8(delapan) anak. Dan mereka dikenal dengan nama keturunan sedarah Trah Kromodjayan

1. Riwayat Raden Joko Ismail


       Raden Joko Ismail dalam gelarnya bernama Kyai Dermoyudo V; atau dalam penyamaran memakai nama Kyai Mas Tumenggung Kanoman Kromowidjoyo, diperoleh saat pengejaran Pemerintah Hindia Belanda terhadap keturunan Dermoyudo yang dianggap sebagai pembrontak; Yaitu saat pelariannya ke Pasuruan, dan mendapat perlindungan dan diakui sebagai anak dari Kyai Tumenggung Wongsonegoro (Trah Nitieadiningrat), yang menjabat Bupati VOC di Pasuruan Th,1740-1751.

2. Riwayat Raden Glundung
 Raden Glundung adalah putera Kyai Dermoyudo V atau Raden Joko Ismail, dari pernikahan dengan Raden Ayu Tjetjek / mBok Rara Tjetjek, binti Kyai Tumenggung Djoyodirono, Bupati Kanoman Surabaya Th.1752-1769.  Raden Glundung adalah putera nomor satu dari 17 saudara sekandung. Dalam kariernya mendapat predikat nama Tumenggung Repnie, dan setelah jumeneng menjadi Bupati Surabaya gelar nama Kanjeng Adipati  Kromodjoyodirono I.
o   Menjabat Bupati Pertama dalam pemerintahan Hindia belanda di Surabaya yaitu sejak Th.1819-1825 , kemudian menjadi Het Gouverment van Nederlands Indie, dengan jabatan Kanjeng Gouverment / Permen; Ditetapkan dengan Resolutie van Himmne excellentien de Commissarissen Generaal in Rade, No: 6, tanggal 07 Januari 1819.

Trah Keturunan Raden Glundung :
1.       Dari pernikahan dengan isteri pertama Raden Ayu Sepi, binti Kyai Adipati Nitidiningrat I, Bupati Surabaya Th.1751-1799; Wafat dimakamkan di Pesarean Bibis Kromodjayan – Surabaya.
Menurunkan putera puteri adalah sebagai berikut :
1.1.     Raden Ajeng Moor
1.2.     Raden Ayu Mangkudirdjo
1.3.     Raden Ajeng Murdjyah
1.4.     Raden Ajeng Melok
1.5.     Raden Ayu Notodirdjo
1.6.     Raden Ayu Wiryodirdjo
1.7.     Raden Bei Kromomowidjoyo I (Raden Bagus Sepuh)
Beliau menjabat Wedana Jaban Kuto Surabaya, dibuang oleh Pemerintah Hindia Belanda ke Padang – Sumatera Barat.
1.8.     Raden Adipati Kromodjoyo Adinegoro II, (Raden Bagus Anom)
1.9.     Raden Ajeng Melik
1.10.  Raden Muradji

2.      Dari pernikahan dengan isteri kedua Mas Ayu, binti Raden Adipati Panji DjoyodironoII ( Bupati Kanoman Surabaya Th.1769-1811;
Menurunkan putera puteri adalah sebagai berikut :
2.1.     Raden Ajeng Goinah
2.2.     Raden Djapan
2.3.     Raden Ajeng Nitidipuro
2.4.     Raden Ajeng Nitiadiputro
2.5.     Raden Ajeng Honggoadiputra
2.6.     Raden Djoyoadiputro
2.7.     Raden Sumoadiputro
2.8.     Raden Remio
2.9.     Raden Bimo Tjili
2.10.  Raden Prawiroadiputro
2.11.  Raden Ajeng Wiryodipuro.



3. Riwayat Raden Bagus Anom
  •  
        Raden Ngabei Kromodjoyo Adinegoro II, semasa kecil bernama Raden Bagus Anom, adalah putera nomor 8 dari 10 saudara sekandung, yaitu hasil pernikahan Raden Glundung dengan Raden Ayu Sepi, binti Kyai Adipati Nitiadiningrat, Bupati Pasuruan Th.1751-1799.
Menjabat Bupati Surabaya pada Th.1831-1859. Dalam memangku jabatannya dibawah Pemerintahan Kompeni Belanda, dan mendapat sebutan gelar Kanjeng Gouverment ( dengan masa jabatan sejak Januari 1849 s/d. Nopember 1857 ) yang menguasai wilayah Jawa Timur,
Dalam kalangan masyrakat Surabaya khususnya, dikenal sebagai tokoh syiar agama Islam, dengan banyak kegiatan kesehariannya sangatlah dekat dengan para alim ulama, dan beliau mendapat predikat sebagai Imam Besar Masjid Sunan Ampel di Surabaya dimasa itu, dan tercatat dalam sejarah kegiatan ibadah, tampil sebagai Imam sholat Jum’at.
Beliau mendapatkan sebuatan dari masyarakat Surabaya dengan nama Raden Kanjeng Genteng, disaat beliau menjabat bertempat tinggal dirumah dinas yang sekarang disebut Gedung Kebudayaan Arek Suroboyo, dan saat ini pasar diwilayah kediaman beliau dikenal dengan sebuatan Pasar Genteng Surabaya.
Wafat tahun 1861 dimakamkan di belakang Masjid Ampel Surabaya.
Raden Bagus Anom adalah pendiri bangunan Bendungan / Dam Air Lengkong / Sluis Lengkong atau disebut “Rolak Songo”;

Trah Keturunan Raden Glundung :
1.     Dari pernikahan dengan isteri pertama nama Raden Ayu ...(tidak disebut), binti Kyai Atdun asal dari Madura.
Menurunkan hanya satu putera adalah Raden Sugiri, wafat dalam usia muda.

2.      Dari pernikahan dengan isteri kedua nama Raden Ayu Warinah / Mas Ajeng Sepuh, binti Kyai Kabul Singomenggolo, Demang di Singkil-Sidoarjo.
Menurunkan putera puteri adalah sebagai berikut :
2.1. Raden Ayu Rukminah (menikah dengan Raden Arya Prawirodinoto, bin Raden Adipati Prawirodirdjo)
2.2.     Raden Aerali / Raden Adipati Kromodjoyodirono II
2.3.  Raden Ayu Arpisah (menikah dengan Raden Ngabei Kromodjoyodipuro – Mantri besar Surabaya )
2.4.     Raden Aersadan / Raden Adipati Arya Kromodjoyo Adinegoro II
2.5.     Raden Aeruto / Raden Bei Djoyowinoto ( menikah dengan Raden Ayu Surtinah, binti Raden Pandu Notonegoro – Trah Nitiadiningrat, Bupati Pasuruan)

3.      Dari pernikahan dengan isteri ketiga nama Mas Ayu Karibah, binti Ki Demang Serodja, di Sidoardjo.
Menurunkan putera puteri adalah sebagai berikut :
3.1.     Raden Isnu
3.2.     Raden Rusman
3.3.     Raden Bei Tirtokusumo
3.4.     Raden Ayu Panji Sam Kusumoadiputro
3.5.     Raden Bei Suryoadiputro
3.6.     Raden Ayu Hendrokusumo
3.7.     Raden Ajeng Naemah
3.8.     Raden Hairun
3.9.     Raden Mahmut / Raden Ngabei Kromodjoyoadiwinoto
3.10.  Raden Tegal / Pak Ragami

4.    Dari pernikahan dengan isteri keempat nama Raden Ayu Partinah / Mas Ajeng Anom, binti Raden Arya Tjokronegoro di Surakarta.
Menurunkan putera puteri adalah sebagai berikut :
4.1.     Raden Ajeng Samaniah
4.2.     Raden Nasuran I
4.3.     Raden Nasuran II
4.4.     Raden Ajeng Samanidjah
4.5.     Raden Nasirun
4.6.     Raden Ayu Rukminten
4.7.     Raden Ayu Abdul Kadir.



 4. Riwayat Raden Aersadan
Semasa kecil Raden Aersadan dibesarkan di Surabaya, beliau adalah putera dari Raden Ngabaei Kromodjoyo Adinegoro II, tersebut diatas.
Dalam usia muda Raden Aersadan mendapat didikan dari ayahnda ( Raden Bagus Anom), yaitu diberikan kesempatan ikut serta dalam mengelola administrasi pemerintah, dengan tujuan pengalaman kerja, dan memberi pendidikan bidang administrasi pemerintahan, sehingga Raden Aersadan telah dipersiapkan bekal untuk mengganti kedudukan ayahnda sebagai Adipati. Tepatnya beliau magang kerja pada tanggal 28 Agustus 1855, sampai tanggal 09 Desember 1855 di lingkungan wilayah kerja Adipati Surabaya, diantaranya mewilayahi Kadipaten Mojokerto. Struktur Pemerintah Hindia Belada di Surabaya saat itu menempatkan pegawai tinggi Hoofd Ingenieur dari Waterstaat bernama tuan H. de Bruyn. Dari sinilah beliau mendapatkan ilmu dibidang pembuatan pemetaan tanah dan pembuatan bangunan dam air untuk keperluan pengairan kota, wilayah Pemerintahan Hindia Belanda di Jawa Timur. *)

Raden Aersadan dalam karier pekekerjaan selama 48 tahun, menuai serangkaian riwayat adalah sebagai berikut :
1)  Menjabat sebagai Bekel distrik Jenggolo, sebagai wilayah / distrik nomor satu se Kabupaten Sidoarjo - Surabaya. Ditetapakn dalam besluit Residen Surabaya, No:5827/251; tanggal 23 Nopember 1857.
2)  Menjabat sebagai Wedana distrik Jaba (luar) Kabupaten Surabaya. Ditetapkan dengan besluit Gouverment Generaal Hindia Belanda No:10; tanggal 13 Juli 1859.
3) Mendapat gelar pangkat menjadi “Regent Kadipaten Lamongan-Surabaya”, Ditetapkan dengan besluit Gouverment Generaal Hindia Belanda No:06, tanggal 20 September 1863.
4) Mendapat gelar kehormatan nama dengan sebutan “ Raden Tumenggung Kromodjoyo Adinegoro”, Ditetapkan dengan besluit Gouverment Generaal Hindia Belanda No:22, tanggal 25 Oktober 1863.
5)  Menjabat  menjadi “Regent / Adipati Mojokerto-Surabaya”, Ditetapkan dengan besluit Sri Paduka yang dipertuan besar Gouverment Ganeraal, No:5, tanggal 24 Desember 1866. Sebagai mengalih tugaskan dan promosi jabatan,
6)  Mendapat gelar “Adipati” , Ditetapkan dalam besluit Gouverment Generaal Hindia Belanda No:15, tanggal 28 Oktober 1873. Tercatat aturan lama Th.1880 dan dicabut diganti dengan peraturan baru yaitu tentang penambahan gaji.
7)  Mendapat penghargaan masa kerja selama 25 tahun tanpa terputus sejak 20 September 1863 s/d 20 September 1888. Serta menerima ganjaran/hadiah kehormatan untuk memakai “Songsong Kuning” (Payung berwarna kuning emas). Ditetapkan dengan besluit Gouverneur Generaal Hindia Belanda No:16, tanggal 20 Agustus 1888.
8)    Mendapat gelar kehormatan dengan predikat gelar “Ario”, Ditetapkan dengan besluit Gouverneur Generaal Hindia Belanda, No:26, tanggal 05 September 1893.
9) Akhir Jabatan sebagai Adipati Mojokerto pada tanggal 16-17 September 1894 berkenan surutnya umur / wafatnya Raden Aersadan, disaat menjalankan tugas dinas.
      Dan pemakaman dilakukan di “Pesarean Sentono Asri”, terletak di desa Losari, 
      kalurahan Terusan, Kabupaten Mojokerto.
   
Riwayat Raden Aersadan, dalam warisan karya dalam bentuk monumen *):
1) Raden Aersadan pada 18 Juli 1855, ikut serta berperan dalam rombongan melaksanakan inspeksi saluran irigasi, dimulai dari Kabupaten Malang, Residentie Pasuruan, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Kediri, Brebek Residentie Kediri, dan Mojokerto Residentie Surabaya. Hal tersebut dilakukan untuk perencanaan irigasi agar aliran sungai diwilayah tersebut bermuara di Sungai Berantas, dan sekaligus membuat perencanaan dam air dikenal dengan nama Dam Air Lengkong / Sluis Lengkong atau disebut “Rolak Songo”; Yang kemudian akan menjadi pusat pengaturan pembagian aliran sungai dari selokan dalam Kota Surabaya dan Landstrek Sidoarjo.
2)   Pada tahun 1860 Raden Aersadan ditunjuk sebagai pimpinan pembuatan bendungan sungai di wilayah Lawang, yaitu di Sungai Surak dan Sungai Bendo, distrik Karanglo. Sebagai realisasi rencana pola induk / rencana kerja Gouverment Generaal di wilayah Pasuruan. Fungsi bendungan / dam sungai ini adalah untuk pengairan sawah di Kabupaten Pasuruan, dengan tujuan dapat meningkatkan pendapatan dari hasil produk persawahan seluas 500 bau,
3) Pada tahun 1860 itu juga sebagai realisasi rencana pola induk / rencana kerja Gouverment Generaal di wilayah Pasuruan. Raden Aersadan ditunjuk sebagai pimpinan pembuatan penguatan / pengerasan jalan raya wilayah Regent Schap Pasuruan (diluar bagian regent Malang). Dengan proyek jalan raya sepanjang 1560 ello, dengan pekerjaan menutup dua jurang besar, panjang 41 ello, dalamjurang 15 – 20 ello.
4) Pada tahun 1863 Raden Aersadan ditunjuk sebagai pimpinan proyek pembuatan bendungan di sungai Metro di wilayah Sengoro,

Trah Keturunan Raden Aersadan :
1.  Dari pernikahan dengan isteri pertama nama Raden Ayu Ngaisah, binti Raden Adipati Ario Notodiningrat II, Bupati Malang Th.1839-1884. Wafat dimakamkan di Pesarean Sentono Asri, desa Terusan, Kabupaten Mojokerto.

Menurunkan putera puteri adalah sebagai berikut :
1.1.     Raden Mashudan / Raden Adipati Ario Kromodjoyo Adionegoro III.
1.2.     Raden Ayu Mutmainah
1.3.     Raden Mahmut / Raden Ngabei Kromodjoyo Adiprodjo
1.4.     Raden Kantjanadi / Raden Ngabei Kromoadiwinoto
1.5.     Raden Mohamad Saleh / Raden Ngabei Kromoadiwidjoyo
1.6.     Raden Ibnu Chadjar / Raden Ngabei Kromodjoyodirono
1.7.     Raden Prawoto / Raden Tumenggung Kromodjoyodiningrat
1.8.     Raden Ayu Salimah
1.9.     Raden Ayu Akinah
1.10.  Raden Umar Basah
1.11.  Raden Sarip Abie

2.   Dari pernikahan dengan isteri kedua nama Raden Ayu Marmisah, menurunkan seorang puteri nama Raden Ayu Sumarmi, menikah dengan Raden Bagus Prawoto, Bupati Bondowoso. Wafat dimakamkan di pesarean Sentono Asri, desa Terusan, Kabupaten Mojokerto

3.   Dari pernikahan dengan isteri ketiga nama Raden Ayu Napisah, tidak ada keturunan.



5. Riwayat Raden Mashudan
    Raden Aersadan menikah pertama kali dengan Raden Ayu Ngaisah, adalah puteri dari Raden Adipati Ario Notodiningrat III, Bupati di Malang Th.1839-1884 dari perkawinan dengan Mas Ayu Khaminah, atau dikenal dengan mBah Goo / Mbah Tumenggung. Memperoleh keturunan sebanyak 11 putera puteri, dan sebagai putera pertama bernama Raden Mashudan. Beliau lulus HBS di Surabaya tahun 1880. Setelah lulus Raden Mashudan memulai kariernya adalah sebagai berikut :
1)    Bekerja sebagai juru tulis di Kabupaten Mojokerto.
2)    Kemudian menjabat Camat di Peterongan, Kedungpring, dan
3)    Menjabat Wedana Kedung (Tembalang), di Jombang.
4)    Pada tanggal 15 Agustus 1894, diangkat menjadi Bupati Mojokerto, menggantikan setelah Raden Aersadan meninggal. Dengan nama gelar Raden Adipati Arya Kromodjoyo Adinegoro III dengan masa kekuasaannya dari tahun 1894-1916.
5)     Pada tahun 1925 mendapat kehormatan dari Pemerintah Hindia Belanda sebagai Ridder In de Orde yan den  Nederlandschen Leeuw, yaitu bentuk penghargaan terhadap keberhasilan dalam penyediaan lumbung padi / pangan di wilayah Kadipaten Mojokerto. Hal ini ada kaitannya dengan hasil karya Raden Aersadan membangun sluis, bendungan  untuk pembagian irigasi persawahan dalam wilayah kerja/afdeeling Mojokerto dan Jombang, sehingga pemasukan hasil pajak meningkat semasa pemerintahan Raden Mashudan.
6)    Pada tanggal 14 Februari 1929, diangkat sebagai pemangku jabatan “Ere Conservator” dari peninggalan kepurbakalaan Kerajaan Mojopahit; Merupakan penghargaan Pemerintah Hinda Belanda atas kepedulian Raden Mashudan terhadap peninggalan Majapahit  di wilayah distrik Trowulan, dilakukan sejak mulai bekerja sebagai juru tulis. Raden  Mashudan menghimpun dan mendata benda-benda purakala ( arca-arca dan batu Prasasti ) dan dicatat, diberi nomor dan dilaporkan ke Asisten Residen Jombang  (Trowulan waktu itu masuk wilayah Jombang). Laporan oleh Asisten Residen Jombang diteruskan ke Lembaga Kebudayaan Belanda yang bemama Koninklijk Bataviaasch Genootscap , Van Kunsten en Weetenschappen (KBGKW) di Jakarta. Laporan tulisan tangan Raden Mashudan ini masih dapat dibaca di Arsip Nasional Jakarta.
7)    Pada tahun 1911, mendirikan museum (terletak di sebelah timur Pemkab Mo­jokerto). Gedung itu diisi dengan arca-arca dan batu prasasti dan benda purbakala lainnya.
8)   Ta­hun 1913 diresmikan-menjadi Gedung Museum Purbakala Mojokerto oleh Pemerintah Hindia Be­landa. Sayang, gedung museum itu dalam era Republik Indonesia telah ditukar guling oleh Pemda Kabupaten Mojokerto.

Trah Keturunan Raden Aersadan :
1.   Dari pernikahan dengan isteri pertama nama Raden Ayu Murtasijah, binti Mas Ngabei Reksokusumo (Onder Collecteur Waru – Sidoarjo).
Menurunkan 3(tiga) putera semuanya wafat dalam usia muda, saat Raden Mashudan menjabat Wedana Kedung (Tembalang) – Jombang; Wafat dimakamkan di Pesarean Sentono Asri, desa Terusan- Mojokerto.

2.      Dari pernikahan dengan isteri kedua nama Raden Ayu Katarinah, binti Raden Tumenggung Ario Notodiningrat III, Bupati Malang Th.1884-1898. Wafat pada hari Sabtu Wage, tanggal 22 Oktober 1937, Wafat dimakamkan di Pesarean Sentono Asri, desa Terusan- Mojokerto.

Menurunkan putera puteri adalah sebagai berikut :
2.1.   Raden Bagus Abdul Madjid / Raden Adipati Arya Kromoadinegoro I
2.2.   Raden Ayu Moerdijati Suryowinoto
2.3.   Raden Bagus Yasin / Raden Ngabei Kromodjoyoadirono
2.4.   Raden Bagus Mas Soewoso / Raden Ngabei Kromoadiprodjo
2.5.   Raden Bagus Roestamadji  / Raden Ngabei Kromodjoyodipuro
2.6.   Raden Bagus Kristiman
2.7.   Raden Ajeng Murtinah (kembar)
2.8.   Raden Ajeng Murtini (kembar)
2.9.   Raden Bagus Suleko
2.10. Raden Bagus Fayakoen / Raden Ngabei Kromodjoyoadiningrat





Disusun di Surabaya, 17 Oktober 2012 oleh : HR Widodo AS